Menurut kantor berita Associated Press (AP), ancaman radiasi nuklir pasca gempa dan tsunami itu membuat lebih dari 150.000 orang di provinsi Fukushima masih harus bertahan di tempat-tempat pengungsian. Mereka belum bisa pulang karena, selain banyak rumah telah hancur, bocornya reaktor di Kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi masih menebar ancaman.
Bagi Jepang, ini adalah bencana terburuk yang mereka alami sejak tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945 - yang mengakhiri Perang Dunia Kedua. "Kami mengungkapkan duka cita sedalam-dalamnya bagi mereka yang kehilangan orang-orang tercinta," kata Menteri Kepala Sekretaris Kabinet, Yujio Edano, hari ini.
"Kami minta maaf telah menyebabkan ketidaknyamanan dan kesulitan bagi mereka yang masih tinggal di pengungsian," lanjut Edano. Pemerintah Jepang memperkirakan tragedi yang mereka alami ini mendatangkan kerugian hingga US$310 miliar.
Para pengungsi pun resah atas tidak menentunya nasib mereka. "Kami tidak punya rencana masa depan. Kami bahkan tidak bisa berpikir ke sana karena tidak tahu sampai kapan situasi ini berlangsung dan sampai kapan kami harus tinggal di pengungsian," kata pengungsi bernama Atsushi Yanai kepada AP. "Ini mengapa situasi begitu sulit bagi kami," lanjut Yanai.
"Kami minta maaf telah menyebabkan ketidaknyamanan dan kesulitan bagi mereka yang masih tinggal di pengungsian," lanjut Edano. Pemerintah Jepang memperkirakan tragedi yang mereka alami ini mendatangkan kerugian hingga US$310 miliar.
Para pengungsi pun resah atas tidak menentunya nasib mereka. "Kami tidak punya rencana masa depan. Kami bahkan tidak bisa berpikir ke sana karena tidak tahu sampai kapan situasi ini berlangsung dan sampai kapan kami harus tinggal di pengungsian," kata pengungsi bernama Atsushi Yanai kepada AP. "Ini mengapa situasi begitu sulit bagi kami," lanjut Yanai.
0 komentar:
Post a Comment